Siaran Pers
Front Mahasiswa Nasional
Lagi-lagi buruh migran Indonesia (BMI) menjadi korban pemerasan oleh pemerintah Indonesia. Senin (31/12/2007) 3 (tiga) orang BMI asal Macau yaitu Tahriah asal Karawang, Liana asal Cilacap dan Nunik Widayanti asal Banyuwangi menginjakkan kakinya di bandara interansional Soekarno-Hatta Jakarta. Mereka tiba setelah terkena overstay (OS) akibat dipermainkan agen di Macau. Sebelum ke tanah air, mereka pun tidak mendapatkan perlindungan yang memadai oleh konsulat jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Macau yang hingga kini pun masih belum resmi statusnya. Bahkan untuk kepulangan mereka ke tanah air, mereka hanya dibiayai 300 ribu dollar Macau (satu dollar Macau berkisar Rp 1000).
Mereka tiba di tanah air sekitar pukul 03.00 WIB menggunakan pesawat Viva Airland Macau-Jakarta di terminal kedatangan internasional (terminal 2). Saat hendak keluar pesawat, salah satu diantara mereka (Nunik) pingsan. Nunik kemudian dibawa oleh Liana ke ke klinik terdekat di bandara, sementara Tahriah ke bagasi mengambil barang bawaan milik mereka bertiga. Tahriah kemudian menyusul ke klinik tersebut.
Setelah Nunik sadar, mereka bertiga bergegas untuk ke pintu keluar dan menuju ke alamat yang akan dituju di Jakarta. Akan tetapi, dua orang yang tidak dikenal yang mengaku aparat keamanan bandara membututi mereka. Sepertinya kedatangan mereka telah diberitahukan oleh pihak bandara yang ada di sekitar klinik, karena dua diantaranya masih memegang paspor BMI.
Dua aparat tidak dikenal ini kemudian menawarkan jasa transportasi kepada mereka bertiga dengan nada mengancam jika tidak akan di bawa ke terminal 3. Sementara mereka bertiga tidak mau masuk ke terminal tiga karena takut akan semakin banyak proses pemerasan terhadap mereka. Semenatara mereka hanya memegang dana sekitar 500 dollar Macau atau sekitar Rp 500 ribu. Dengan keterpaksaan, mereka akhirnya menerima tawaran dua aparat kepolisian tidak dikenal tersebut.
Ternyata mobil yang akan digunakan adalah mobil milik pribadi bukan kendaran travel lazimnya untuk BMI. Bukan hanya itu, mereka bertiga meminta biaya Rp 1 juta per orang dengan alasan untuk membayar orang dalam untuk menyokong ke tiga BMI ini keluar. Setelah melalui perdebatan yang sengit, mereka terpaksa membayar jasa transportasi sebesar 780 dollar Macau. Bukan hanya itu, ketika di jalan mereka meminta uang untuk bensin dan pulsa untuk menghubungi pihak di alamat yang dituju, jika tidak diberikan mereka bertiga akan diturunkan. Akhirnya petugas tersebut diberikan biaya sekitar Rp 100 ribu lagi. Masih belum puas, mereka masih meminta biaya Rp 100 ribu lagi. Sementara ke tiga BMI ini tinggal memiliki biaya Rp 100 ribu lagi sebagai pegangan terakhir mereka. Sisa uang terakhir itupun akhirnya diberikan juga. Begitu tiba di alamat yang dituju, petugas yang bersangkutan masih meminta dana Rp 425 ribu lagi kepada pihak penjemput. Tetapi hanya dibayarkan Rp 100 ribu.
Berdasarkan hal tersebut, Pimpinan Pusat FMN menyatakn sikap :
1. Mengecam keras tindakan pemerasan yang dilakukan aparat bandara Internasional terhadap 3 BMI asal Macau pada 31 Desember 2007
2. Menuntut dibubarkannya Terminal 3 bandara internasional Soekarno-Hatta karena hanya menjadi ajang pemerasan bagi BMI
3. Menuntut perlindungan hukum dan hak-hak BMI oleh pemerintah RI
Demikian pernyataan sikap ini kami buat. Mari perkuat persatuan dan majukan kembali perjuangan massa menuntut hak-hak demokratis rakyat melawan dominasi imperialisme dan rejim boneka dalam negeri, SBY-Kalla.
Jakarta, 1 Januari 2008
Pimpinan Pusat
Front Mahasiswa Nasional
Sekretaris Jenderal
Ridwan Lukman
Website Penghasil Uang
-
Mulanya gadis tak percaya, jika internet bisa menghasilkan uang. Namun pada
akhirnya aku percaya juga, setelah berkecimpung didalamnya. Tentu saja aku
yang...
3 tahun yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar