Jumat, 19 Oktober 2007

Sektor Jasa : Persaingan Bisnis Jasa PRT Makin Ketat

Kompas, Sabtu, 20 Oktober 2007



Yayasan-yayasan penyalur pembantu rumah tangga atau PRT saat ini harus bersaing ketat merekrut dan menyalurkan pembantu. Yayasan penyalur pembantu, termasuk orang yang menyalur (perantara atau sponsor), berlomba- lomba menyalurkan pembantu sesuai dengan tuntutan majikan.


Pemilik Yayasan Guna Karya, yayasan penyalur pembantu, Sitompul (72), mengungkapkan, ia sudah lelah mengurus yayasan itu. "Rencananya mau saya tutup," katanya. Yayasan itu didirikan tahun 1984. Setahun kemudian, yayasan itu pindah ke Kemayoran, Jakarta Pusat.


Menurut dia, waktu pertama kali pindah ke Kemayoran, hanya ada tiga yayasan penyalur pembantu. Namun, kini, belasan yayasan berderet di sepanjang Jalan Utan Panjang, Kemayoran.


Yayasan-yayasan yang tumbuh pada mulanya dirintis perantara atau orang yang mencari calon pembantu di kampung.


"Setelah melihat bisnis penyaluran pembantu cukup menjanjikan, tenaga perantara atau orang yang mencari calon pembantu di kampung itu mendirikan yayasan penyalur pembantu sendiri," kata Sitompul.


Persaingan ketat bisnis jasa penyalur pembantu itu cukup memengaruhi usaha Yayasan Guna Karya. Jika 10 tahun lalu Yayasan Guna Karya mampu merekrut dan menyalurkan 174 pembantu baru dalam sebulan, kini hanya 114 pembantu dalam setahun. Itu berarti dalam satu bulan Yayasan Guna Karya merekrut dan menyalurkan pembantu baru rata-rata 10 orang.


Seorang karyawan, Yohana Prihessy (31), mengungkapkan, ia membutuhkan pembantu karena sibuk di tempat kerja. Setiap hari ia pergi ke kantor di Jalan Jenderal Sudirman pukul 07.00 dan baru tiba di rumah pukul 20.00.


Hubungan antara majikan dan pembantu sangat penting dalam menjalankan jasa penyalur pembantu. Jika tidak, pembantu dikembalikan. Hambatan seperti itu dialami yayasan-yayasan penyalur pembantu, misalnya Yayasan Putera Mandiri.


Menurut penanggung jawab Yayasan Putera Mandiri, Iman (21), pembantu yang tidak "laku" sangat menyulitkan yayasan.


Di satu sisi, pembantu semacam ini berarti tidak menarik minat majikan. Di sisi lain, pihak pengelola yayasan tidak sampai hati memulangkan mereka karena kasihan.


Untuk mendapatkan calon pembantu yang terampil, proses rekrutmen sangat penting. Proses rekrutmen selama ini dilakukan oleh orang yang mencari calon pembantu di kampung yang disebut sebagai sponsor atau perantara.


Pengelola Yayasan Abadi Jaya Ibu Unah, Endah, menjelaskan yayasan itu sudah beroperasi sejak 1971. Setiap hari tak kurang dari lima wanita calon pembantu yang rata-rata berusia belasan tahun datang ke yayasan.


Mereka kebanyakan berasal dari Malingping, Bandung, Cianjur, Wonosobo, dan Tegal. Mereka dibawa oleh para pembawa atau perantara. "Kami enggak pernah nyari orang (calon pembantu). Mereka (calon pembantu atau perantara) sendiri yang datang ke sini," kata Endah.


Saat ini ada sekitar 15 pembawa atau perantara di Yayasan Abadi Jaya. Salah satunya adalah E Dahlan (57), warga Desa Cilangari, Gununghalu, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.


Setelah Lebaran, dalam sebulan ia mengaku bisa bolak-balik Jakarta-Bandung hingga lima kali. Sekali datang, minimal ia membawa tiga calon pembantu.


Salah satunya adalah Aar, gadis berusia 14 tahun. Aar baru datang dari Desa Parabakti, Bogor. Ia ingin bekerja di Jakarta agar bisa membantu orangtuanya di desa. Aar dibawa ke Yayasan Abadi Jaya oleh Uwin.


"Kalau habis Lebaran sehari bisa tiga sampai sepuluh orang yang disalurkan," kata Endah. Setidaknya selama sebulan setelah Lebaran ia bisa menyalurkan tidak kurang dari 150 pembantu ke majikan-majikan yang membutuhkan pembantu di Jakarta.


Dari setiap pembantu yang diambil dari yayasan, ia mendapat Rp 500.000. Dari uang itu, setiap pembawa atau perantara mendapat Rp 200.000. Sisanya dipergunakan untuk uang makan calon pembantu dan pembawa yang menginap. "Dari satu orang setidaknya bisa dapat Rp 250.000 bersih," kata Endah.


Dengan asumsi sebulan setelah Lebaran calon pembantu yang disalurkan sebanyak 150 orang dengan pendapatan per calon pembantu Rp 250.000, berarti pendapatan yayasan itu Rp 37,5 juta. Jumlah itu tentu tidak sedikit. Tak heran jika banyak orang tertarik menekuni bisnis ini.


Ke depan, mungkin, permintaan jasa pembantu makin besar. Tuntutan keterampilan dan kemampuan pembantu pun akan meningkat. Bisnis jasa pembantu yang terampil dan berdedikasi tetap menjadi peluang karena permintaan akan tetap tinggi. (A05/A09)

Tidak ada komentar: