Minggu, 23 Maret 2008

Pasca Banjir, Bojonegoro Waspada Demam Berdarah

Minggu, 23 Mar 2008 | 21:49 WIB


TEMPO Interaktif, Jakarta:Banjir yang menggenangi lebih dari empat kali Kota Bojonegoro, membuat warganya harus waspada demam berdarah. Pasalnya, penyakit yang penularannya lewat nyamuk aides aegpty ini, mengalami angka kenaikan selama Januari hingga pertengahan Maret ini.


Dalam catatan Rumah Sakit Umum Daerah Sosodoro jatikoesoemo, Bojonegoro, jumlah penderita demam berdarah bulan Januari sebanyak kasus 51, Februari sebanyak 43 kasus dan pada pertengahan Maret ini jumlahnya lebih dari 24 kasus. Mengingat bulan ini belum habis," tegas dr Thomas Djaya, juru bicara rumah sakit pelat merah tersebut pada Tempo, Minggu (23/3) siang.


Tetapi, angka ini baru yang tercatat di RSUD Sosodoro Djatikoesoemo. Padahal, juga banyak pasien yang tercatat di rumah sakit lain, seperti rumah sakit PKU Muhammadiyah, Puskesmas dan beberapa rumah sakit swasta lain di kabupaten ini. Angka kenaikan ini diprediksi akan terus meningkat, mengingat pasca banjir, yang menyebabkan pengembangbiakan nyamuk meningkat.


Menurut Thomas, selama tiga bulan terakhir ini, kasus demam berdarah menjadi prioritas penangangan rutin tahunan. Setidaknya setiap musim hujan datang bulan Januari, kasus demam berdarah tetap akan datang. Apalagi, musim hujan tahun 2008 ini, dibarengi dengan kasus banjir susulan selaam tiga bulan berturut-turut.


Pihaknya bersama dengan Dinas Kesehatan Bojonegoro, sudah menggelar program antisipasi demam berdarah. Di antaranya penyebaran bubuk abate dan pengasapan. Tetapi, dari sekitar 27 kecamatan yang ada di kabupaten ini, baru sekitar 25 persennya berjalan. Contohnya di Kota Bojonegoro sendiri, program pemebrantasan demam berdarah cukup sulit. Di Kota Bojonegoro, tercatat perkampungan pendudunya berada di sektiar rawa-rawa. Kondisi ini, berdampak pada pengembangan biakan penyakit, seperti nyamuk aedes aegepty.


Sementara itu, Nurul, Camat Kalitidu, mengatakan, daerah masuk kategori daerah terparah pada banjir tahun ini. Dari 23 desa ada sekitar 19 desa yang terendam banjir. Tercatat lebih dari 3000 lebih warga Kalitidu sempat menempati tenda-tenda darurat menjadi pengungsi banjir. Pihaknya meminta agar Dinas Kesehatan memprioritaskan program penanganan demam berdarah. "Kita realistis saja. Di Kalitidu, menjadi daerah yang harus diproirotaskan untuk penanganan kesehatan, termasuk demam berdarah," tegasnya yang dihubungi Tempo, kemarin.


Selama ini, warga di Kalitidu yang terendam banjir berada di binggir Bengawan Solo. Banjir pekan pertama Maret lalu, misalnya, lebih dari 800 warga desa Cengungklung, Celangap, Manukan dan sekitarnya terpaksa mendirikan tenda darurat di pinggir jalan besar. Sebagian dari mereka, anak-anak dan orang tua yang tidur berdekatan dengan hewan ternak. Kondisi ini, membuat mereka rentan terjangkit penyakit. sujatmiko

Tidak ada komentar: