Petani dan Mahasiswa di Purwokerto Bersama-sama Berunjuk Rasa
Selasa, 18 Maret 2008 | 00:52 WIB
Puwokerto, Kompas - Kenaikan harga bahan pokok mulai menuai protes rakyat. Sedikitnya 70 orang dari Paguyuban Petani Banyumas bersama lebih dari 30 mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Gerakan Masyarakat Banyumas, Senin (17/3), berunjuk rasa menuntut pemerintah segera menurunkan harga kebutuhan hidup untuk mengurangi penderitaan rakyat.
Unjuk rasa mulai digelar di Kantor Radio Republik Indonesia (RRI) Purwokerto. Sejumlah peserta menyampaikan orasi. Massa lalu berjalan kaki menuju Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Banyumas di Purwokerto, Jawa Tengah.
Ketua Umum Paguyuban Petani Banyumas Slamed Sukarno mengutarakan, saat ini kehidupan petani sudah sangat terimpit. Selain didera kenaikan harga bahan pokok, petani semakin menderita akibat harga pupuk dan sarana alat produksi pertanian ikut naik. ”Seperti pupuk, harga eceran per kilogram mencapai Rp 2.000,” katanya.
Rantes (30), buruh tani dari Desa Darmakradenan, Kecamatan Ajibarang, mengatakan, kenaikan harga bahan pokok saat ini sudah keterlaluan. Dia sudah tak mampu lagi menjangkaunya. Penghasilannya yang sebesar Rp 10.000 per hari hanya dapat digunakan untuk makan dia dan kedua anaknya. ”Uang Rp 10.000 hanya cukup untuk makan pas- pasan. Tidak ada sisa untuk bayar sekolah anak saya,” ucap Rantes.
Adapun kalangan mahasiswa menuntut agar Presiden dan Wakil Presiden mengundurkan diri karena tak mampu menyelamatkan rakyat dari kenaikan harga bahan pokok belakangan ini.
Saat unjuk rasa berlangsung di DPRD Banyumas, massa ditemui anggota DPRD, Akhmad Ikhsan dan Mutamir, masing-masing dari Komisi A dan Komisi B, dengan didampingi Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Banyumas Hedi Oro Manu.
Menanggapi aksi massa itu, Hedi mengatakan, pihaknya sudah berusaha secara terus-menerus mendorong pemerintah pusat segera menyalurkan subsidi untuk bahan pangan.
Pada pekan ini, lanjut Hedi, akan didistribusikan 160.000 liter minyak goreng bersubsidi untuk 32 daerah di 27 kecamatan di Banyumas. Setiap daerah akan didistribusikan 5.000 liter.
Tuntut HPP baru
Senin kemarin, puluhan petani dari beberapa kabupaten di Jawa Tengah juga berunjuk rasa di Semarang. Mereka menuntut pemerintah segera mengeluarkan harga pembelian pemerintah (HPP) tahun 2008 paling lama akhir Maret. Penetapan HPP dinilai sudah sangat mendesak untuk menyelamatkan petani dari keterpurukan karena harga penjualan gabah tidak cukup menutupi biaya produksi padi.
”Selama ini, rata-rata pembelian Bulog bahkan selalu di bawah HPP 2007. Kualitas rendah selalu jadi alasan Bulog memberi harga rendah pada hasil panen para petani. Padahal, sudah jadi tugas Bulog mengangkat harga gabah petani,” papar Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Perhimpunan Petani dan Nelayan Sejahtera Indonesia Jateng Riyono, di depan Kantor Perum Bulog Divisi Regional Jateng.
Saat ini pembelian gabah oleh Bulog sekitar Rp 1.600 per kilogram (kg).
Di Kabupaten Brebes, sejumlah petani mempercepat panen padi untuk menghindari harga gabah yang terus turun. Adapun di Magelang harga beras terus turun. Di penggilingan, harga beras yang semula Rp 4.500 per kg turun menjadi Rp 4.200. (EGI/HAN/A05/MDN/WIE)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar